Senin, 18 Januari 2010

JENIS PENYAKIT PADA SAPI

Walaupun usaha pencegahan penyakit dilakukan secara terus-menerus, adakalanya kita menemukan kondisi sapi yang tidak sehat. Meskipun demikian, kontak dengan para ahli seperti dokter hewan adalah langkah yang tepat dibanding melakukan pengobatan sendiri.
A.Cacingan
Penyebab sapi cacingan antara lain konsumsi hijauan yang masih berembun dan yang tercemar siput sebagai vrktor (pembawa) cacing hati. Ciri-ciri sapi yang terkena cacingan adalah rendahnya tingkat pertumbuhan. Karena sebagian zat makanan di dalam tubuhnya juga dikonsumsi oleh cacing. Pencegahan dengan mencuci hijauan atau mengain-anginkannya sebelum diberikan pada sapi.
B.Jembrana
Ciri-ciri sapi yang terkena penyakit ini adalah keluarnya lender dari hidung dalam jumlah berlebihan. Pada awalnya lender encer, tetapi lama kelamaan mengental. Penyakit ini disebabkan virus, sehingga bisa menular dan jika tidak ditangani dengan cepat bisa menyebabkan kematian. Penyakit ini umumnya menyerang sapi –sapi yang kondisi tubuhnya yang lemah. Pada sapi-sapi yang kondisinya baik, penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya. Untuk pencegahannya, bisa dilakukan vaksinasi.
C. Anthrax
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri berbentuk batang yang disebut Bacillus antbracis, tergolong berbahaya, dan menatikan, tidak hanya pada sapi, tetapi juga pada ternak lain dan manusia. Bakteri ini dapat hidup dalam waktu yang lama di dalam tanahdan masuk ke dalam tubuh sapi melalui berbagai vertor (pembawa) seperti, udara, air minum, gigitan serangga, dan pakan.
D.Baliziekte
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Bali. Penyebabnya adalah sejenis tumbuhan seperti kirinju (daun tanh), sibentar bunga (Eupotorium inufolium), rumput embun (Drymaria cordata). Sapi yang terserang penyakit ini mengalami perlukaan (erosi) di beberapa bagian tubuh, yang umumnya bersifat simetris. Artinya, jika menyerang kaki kiri, kaki kanan akan terserang pula. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, bahkan terkadangsembuh dengan sendirinya. Secara tidak langsung akan mengurangi tingkat pertumbuhan karena nafsu makannya menurun. Pengobatan bisa dilakukan dengan olesan salep atau antibiotika yang mengandung vitamin A dan B yang berfungsi mempercepat kesembuhan.
E.Bloat atau Kembung
Penyakit ini timbul karena ada gas di dalam perut yang tidak bisa di keluarkan, sehingga mengganggu proses pencernaan. Tanpa penanganan yang baik, penyakit ini bisa menyebabkan kematian. Upaya pengobatan sementara adalah dengan mencampur minyak kelapa dengan air hangat dan kemudian diminumkan pada sapi penderita.

PENCEGAHAN PENYAKIT PADA SAPI

Upaya pencegahan penyakit bisa dilakukan dengan berbagai cara.
A.Pemanfaatan Kandang Karantina
Sapi-sapi bakalan yang akan digemukkan atau yang baru dibeli di pasar hewan, perlu dimasukkan ke dalam kandang karantinayang letaknya terpisah dari kandang penggemukan. Tujuannya untuk memonitor adanya suatu kelainan yang tidak tampak hanya dengan melihat penampilan fisiknya di pasar hewan. Dalam perawatan dan pengamatan di kandang karantina, perlu pula dilakukan pemberian obat cacing kepada setiap sapi bakalan. Selain diperuntukan bagi sapi-sapi bakalan yang baru tiba dari pasar hewan, kandang karantina digunakan untuk memisahkan sapi-sapi yang menderita penyakit dari sapi-sapi yang sehat.
B.Menjaga Kebersihan Sapi Bakalan Beserta Kandangnya
Secara umum, bakteri, virus, dan penyebab penyakit lainnya menyukai tempat-tempat kotor. Untuk mencegah berkembangnya bibit-bibit penyakit, menjaga atau memelihara kebersihan perlu dilakukan secara rutin.
C.Vaksinasi Berkala
Beberapa penyakit yang disebabkan bakteri dan virus kini sudah bisa dicegah dengan memberikan vaksin sesuai dengan dosis pemakaiannya. Pemberian vaksin biasanya dilakukan pada saat sapi-sapi bakalan berada di kandang karantina.Pemberian vaksin cukup dilakukan 1 kali untuk setiap sapi bakalan karena sapi-sapi tersebut hanya dipelihara dalam waktu yang singkat.

TATALAKSANA PERKANDANGAN SAPI POTONG

A.Fungsi Kandang
Kandang memiliki fungsi penting dalam suatu usaha penggemukan sapi potong. Berikut beberapa fungsi kandang.
1.Melindungi sapi potong dari gangguancuaca, seperti panas matahari, hujan, udara dingin, dan terpaan angin.
2.Tempat sapi beristirahat dengan nyaman.
3.Mengontrol sapi agar tidak merusak tanaman di sekitar lokasi usaha penggemukan atau mengkomsumsi pakan yang beracun.
4.Tempat pengumpulan kotoran sapi, agar kotoran tidak berceceran di mana-mana.
5.Melindungi sapi dari hewan-hewan pengganggu.
6.Memudahkan pelaksanaan pemeliharaan, terutama dalam pemberian pakan, minuman, dan mempermudah pengawasan kesehatan.
B.Syarat Kandang
Kandang harus dibuat dengan memperhatikan beberapa syarat teknis berikut.
1.Dibuat dari bahan-bahan berkualitas, sehingga tahan lama dan tidak mudah rusak.
2.Luas kandang harus dibuat sesuai dengan jumlah sapi yang akan digemukkan.
3.Konstruksi lantai kandang harus dibuat dengan memperhatikan kemudahan dalam melakukan pembersihan, memandikan, dan tidak licin.
4.Sinar matahari, terutama pada pagi hari, harus bisa masuk secara langsung ke dalam kandang.
5.Sistem ventilasi udara harus memungkinkan sirkulasi udara tidak terhambat.
6.Kandang dibangun dengan memperhatikan arah angin yang dominan, dan diupayakan agar bagian muka sapi tidak mendapat kontak langsung dengan angin yang tertiup.
7.Atap kandang sedapat mungkin dibuat dari bahan-bahan yang ringan, tetapi daya tahannya kuat dan mampu menjaga kehangatan di dalam kandang.
C.Type Kandang
1.Kandang individu
Kandang ini diperuntukkan bagi 1 ekor sapi. Ukurannya disesuaikan dengan tubuh sapi. Biasanya kandang individu berukuran 2,5 x 1,5 meter. Kandang seperti ini diharapkan memacu pertumbuhan sapi potong lebih pesat, karena sapi memiliki ruang gerak yang terbatas, sehingga hampir semua energi yang diperoleh digunakan hidup pokok dan produksi, dalam hal ini pembentukan jaringan otot. Di kandang individu, biasanya sapi menjadi tenang dan tidak mudah stress.
2.Kandang Koloni
Sapi-sapi bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Di dalam kandang ini juga harus disediakan tempat pakan dan minuman yang mencukupi. Pakan berupa hijauan dan konsentrat diberikan di satu atau beberapa tempat, dan sapi-sapi bisa mengonsumsi pakan tersebut sesuai hatinya. Pemberian pakan harus cermat. Jika pemberian pakan terbatas menyebabkan terjadinya kompetisi dalam merebutkan pakan. Terjadinya kontak langsung antar sapi menyebabkan perkelahian, yang bisa mengakibatkan luka dikulit sapi. Pertumbuhan sapi di kandang ini relative lebih lambat dibandingkan dengan di kandang individu.

METODE PENGGEMUKAN SAPI POTONG

A.Penggemukan Di padang Penggembalaan
Metode penggemukan ini umumnya dilakukan di lahan yang cukup luas. Sapi-sapi bakalan dilepaskan di padang penggembalaan selama beberapa hari, kemudian dipindahkan ke padang penggembalaan lainnya. Dalam metode penggemukan ini, sapi-sapi bakalan tidak diberi makanan tambahan berupa konsentrat. Demikian dilakukan terus-menerus sapai sapi-sapi tersebut sudah layak jual. Metode penggemukan ini memiliki kebaikan dan kelemahan.
1.Kebaikan
a)Tidak membutuhkan banyak tenaga kerja.
b)Tidak membutuhkan banyak modal untuk membeli hijauan, konsentrat, serta kandang individu atau kandang khusus.
c)Sapi-sapi yang digemukkan tidak perlu diberi kandang khusus. Namun, diperlukan beberapa buah bangunan yang berfungsi sebagai tempat berteduh dari hujan atau panas matahari.
d)Biaya produksi murah, karena tidak membutuhkan dana untuk pembelian konsentrat dan pembuatan kandang khusus atau individu.
2.Kelemahan
a)Pertumbuhan sapi-sapi bakalan lambat, karena hanya diberi pakan hijauan.
b)Membutuhkan lahan luas untuk penanaman hijauan atau padang penggembalaan.
c)Hanya baik diterapkan di lokasi yang curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun untuk menjamin ketersediaan hijauan.
B.Penggemukan Sistem Dry Lot Fattening
Penggemukan sistem dry lot fattening pada awalnya dilakukan beberapa wilayah produsen jagung di Amerika Serikat. Caranya dengan membatasi komsumsi hijauan (serat kasar), karena produksi jagung yang melimpah. Saat ini, sistem dry lot fattening tidak hanya memberikan jagung, tetapi sudah merupakan campuran konsentrat berbagai bahan pakan yang berpotensi tinggi. Walaupun pemberian konsentrat tampaknya lebih diutamakan, kebutuhan alamiah sapi potong akan serat kasar tetap harus dipenuhi. Sapi-sapi yang digemukkan dengan sistem ini umumnya tidak digembalakan.
C.Penggemukan Sistem Kombinasi
Penggemukan sistem ini merupakan kombinasi antara pasture fattening dan dry lot fattening. Biasanya dilakukan di negeri tropis dan subtropis. Pada saat kesediaan hijauan terjamin, sapi-sapi digembalakan di padang penggembalaan, tetapi pada saat musim dingin, sapi-sapi digemukkan dengan sistem dry lot fattening. Saat digembalakan di padang rumput, sapi-sapi juga diberikan konsentrat dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan
D.Penggemukan Sapi dengan Pola Keremen
Penggemukan dengan sistem dry lot fattening sudah mengalami penyesuaian dengan kondisi setempat, dan disebut dengan penggemukan sistem keremen. Sapi-sapi yang akan digemukkan ditempatkan dikandang-kandang individu yang sederhana. Pemberian pakan dan minum dilakukan dua sampai tiga kali sehari di dalam kandang selama masa penggemukan. Selama masa penggemukan yang berlangsung selama beberapa bulan, sapi-sapi tidak dipekerjakan. Penggemukan sapi dengan pola keremen ini, pada umumnya banyak dilakukan di lokasi-lokasiyang memiliki ketersediaan sapi bakalan yang cukup banyak dan biasanya tersedia sepanjang tahun.

KRITERIA BAKALAN SAPI POTONG

A.Jenis Kelamin
Usaha penggemukan sapi potong biasanya membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan selama 3 – 4 bulan. Alasannya, pada umumnya sapi jantan memiliki pertambahan berat badan harian yang lebih tinggi dari pada sapi betina. Di samping itu, ada peraturan yang melarang pemotongan ternak betina, terutama yang masih produktif. Meskipun demikian, tampaknya perlu pula dijajaki usaha penggemukan sapi betina yang sudah tidak produktif.
B.Umur
Sapi, seperti hewan lainnya, memiliki fase-fase dalam pertumbuhannya, yaitu fase pertumbuhan tulang, pertumbuhan jaringan otot (daging), dan pertumbuhan lemak. Secara umum, fase pertumbuhan tulang dimulai sejak lahir sampai berumur 2 tahun. Fase pertumbuhan jaringan otot juga mulai terjadi sejak lahir, tetapi mencapai puncaknya pada umur 2 – 2,5 tahun. Setelah itu, pertumbuhan jaringan otot masih berlangsung tetapi lajunya mulai menurun. Bersamaan dengan menurunnya fase pertumbuhan jaringan otot, di mulailah fase pertumbuhan lemak. Berdasarkan gambaran di atas, sapi bakalan yang akan digemukkan dipilih dari sapi-sapi yang masih berumur 2 – 2,5 tahun. Selain pertumbuhan ternak mencapai tingkat optimum, efisiensipenggunaan pakannya pun cukup tinggi. Menentukan umur sapi, paling akurat dilakukan dengan melihat catatan produksi sapi yang bersangkutan.
C.Penampilan Fisik
Secara umum, kriteria penampilan fisik sapi bakalan sebagai berikut.
1.Badan sehat, yang diindikasikan dengan sorot mata tajam, tidak kuyu, dan tidak terdapat kerusakan atau luka di bagian tubuhnya. Selain itu, kulitnya halus dan tidak bersisik.
2.Bentuk tubuh proporsional, dalam posisi berdiri bagian punggung lurus, dan tubuhnya tidak cacat.
3.Adakalanya, di pasar hewan kita menemui sapi-sapi yang terlihat masih muda, tetapi pertumbuhannya tidak normal dan berat badannya lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata sapi-sapi seusianya. Sebetulnya, sapi-sapi seperti inilah yang justru sangat cepat pertumbuhannya. Karena dengan perlakuan pemberian pakan yang baik, sapi bakalan ini akan mengejar ketinggalan pertumbuhannya, yang secara ilmiah disebut pertumbuhan kompensasi. Sapi bakalan seperti ini kemungkinan besar akan mengalami pertambahan berat badan harian yang lebih tinggi dibandingkan dengan sapi bakalan lainnya.
D.Menaksir Berat Badan Sapi
Penimbangan adalah cara terbaik dalam menentukan berat badan sapi bakalan. Namun, ini tidak praktis dilakukan dipasar hewan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penaksiran berat badan sapi, ada baiknya dipertimbangkan dahulu untuk bekerja sama dengan pedagang hewan yang sudah berpengalaman (blantik) dengan imbalan untuk setiap ekoryang dibeli. Hal ini didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun si blantik, yang mampu menaksir berat badan sapi tanpa menimbangnya.

PEMILIHAN BAKALAN SAPI POTONG

Pemilihan bakalan sapi yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Salah satu tolok ukur penampilan produksi sapi potong adalah pertambahan berat badan harian. Penampilan produksi tersebut merupakan suatu fungsi dari faktor genetik, faktor lingkungan, dan interaksi antara kedua faktor tersebut. Dengan bakalan dari genetik bermutu, peternak tinggal mengontrol keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi tetap optimal. Meskipun sangat sulit menentukan baik buruknya mutu genetik, secara umum penampilan fisik sapi bakalan mencerminkan mutu genetiknya. Sapi bakalan bisa diperoleh dari berbagai sumber. Di antaranya pembelian langsung dari pasar hewan atau pembibitan sendiri. Upaya pembibitan sendiri merupakan hal yang cukup rumit meskipun bukan suatu hal yang tak mungkin. Pembibitan merupakan usaha yang padat modal dan membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga tanpa penanganan yang serius bisa mendatangkan kerugian yang tidak sedikit.

ASPEK LINGKUNGAN HIDUP DAN SOSIAL BUDAYA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

A.Lingkungan hidup
Usaha penggemukan sapi potong pasti akan menghasilkan limbah yang jika tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan perubahan lingkungan. Misalnya, bau kotoran yang tidak terurus bisa menimbulkan polusi bagi lingkungan sekitarnya, atau pembuangan limbah kotoran ternak ke sungai akan menurunkan kualitas air. Penanganan limbah perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya, bahkan bisa diupayakan untuk menghasilkan penghasilan tambahan, seperti mengolah kotoran menjadi kompos. Penggunaan kompos untuk memupuk hijauan atau tanaman lain akan meningkatkankualitas lingkungan. Limbah air yang digunakan untuk membersihkan kindang dan memandikan sapi sebaiknya ditampung di dalam suatu unit pengolah limbah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke saluran air. Sebuah kolam yang berisi ikan bisa menjadi unit pengolahan limbah yang ekonomis.
B.Sosial Budaya
Usaha penggemukan sapi potong akan memberikan dampak sosial budaya. Misalnya dengan merangsang para petani di sekitar untuk melakukan usaha penggemukan sapi potong secara intensif, karena usaha ini bisa menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Selain dampak positif, usaha ini juga menimbulkan dampak negatif, misalnya mendorong sikap konsumtif masyarakat akibat peningkatan penghasilan.

ASPEK FINANSIAL PENGGEMUKAN SAPI POTONG

A.Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya tetap yang dikeluarkan olh peternak atau pengusaha, yang nilainya tetap, meskipun total produknya berubah. Dengan kata lain, biaya ini tidak berubah dan harus dibayarkan walaupun usaha tidak beroperasional. Termasuk dalam biaya investasi adalah biaya pembelian tanah, pembangunan kandang serta peralatannya, perkatoran, gudang, dan sarana trasportasi. Biasanya, biaya investasi diperhitungkan dalam suatu analisis usaha berbentuk biaya penyusutan. Biaya penyusutan dinilai dari nilai beli suatu barang dibagi dengan umur (tahun) pakainya.
B.Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya variable dalam usaha penggemukan sapi potong, yang nilainya berkorelasipositif dengan total produk. Termasuk biaya operasional di antaranya biaya pembelian bahan pakan, dll. Dalam analisis usaha, biaya yang di perhitungkan adalah biaya riilnya.
C.Modal Kerja
Jumlah modal kerja yang dimiliki sangat menentukan skala usaha penggemukan sapi potong yang akan dilaksanakan. Dalam dunia usaha dikenal “Jangan menyimpan telur dalam satu keranjang” yang maksudnya perlu disisihkan sebagian modal yang tersedia, baik untuk menjalankan usaha lain maupun untuk digunakan sebagai dana tak terduga, jika terjadi suatu pada usaha yang sedang dijalankan. Jangan sampai kita kehabisan modal pada usaha penggemukan belum selesai. Penjualan sapi potong pada kondisi ini akan mendatangkan kerugian yang tidak kecil.
D.Pengelolaan Keuangan
Kelemahan usaha tani yang dijalankan secara tradisional tidak adanya pencatatan pengeluaran dan pemasukan uang, sehingga sulit didapatkan kesimpulan bahwa suatu usaha yang dijalankan menguntungkan atau mengalami kerugian. Meskipun masih berskala kecil, usaha penggemukan sapi potong memerlukan pencatatan

ASPEK PEMASARAN SAPI POTONG

A.Proyeksi Permintaan dan Penawaran
Hal yang perlu diperhitungkan adalah kondisi harga bakalan dan harga jual sapi potong di pasaran. Kesalahan dalam perhitungan bisa menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Untuk menjaga agar harga tidak fluktuatif, perlu dilakukan penjajakan penrapan harga kontrak dengan pembeli sapi potong. Langkah ini bisa dilakukan untuk mencegah resiko harga bakalan membumbung tinggi, tetapi anjlok pada waktu sapi potong dipasaran. Disamping itu, perlu dipertimbangkan sapi potong akan dijual hidup atau sudah dalam bentuk karkas.
B.Pangsa Pasar
Jika sapi potong hasil penggemukan akan dijual di pasar lokal, perlu diketahui daya tampung atau kebutuhan pasar lokal terhadap sapi potong yang dihasilkan. Pangsa pasar merupakan hasil pembagian antara kemampuan produksi dan kebutuhan pasar.

ASPEK TEKNIS PENGGEMUKAN SAPI

A.Letak Geografis
Secara umum, Indonesia terletak pada jalur simpangan yang menguntungkan , yakni dua benua dan dua samudera, serta dilalui garis khatulistiwa. Karena itu, Indonesia beriklim tropis dengan dua musim, sehingga perbedaan suhu, curah hujan, kelembaban, dan arah mata angin tidak terlalu fluktuatif. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemlihan lokasi.
1.Temperatur
Sapi termasuk hewan yang peka terhadap perubahan suhu lingkungan, terutama perubahan yang dratis. Suhu tinggi bisa menyebabkan konsumsi pakan menurun dan berakibat pada menurunnya laju pertumbuhan. Untuk hewan tertentu, suhu tinggi juga berpengaruh terhadap kemampuan reproduksi menurun. Pemaksaan penggunaan suhu lokasi yang tinggi temperaturnya fluktuaktif, kurang cocok bagi hewan, akan menyebabkan menurunnya penampilan produksi.
2.Curah Hujan
Tinggi rendahnya curah hujan di suatu lokasi berhubungan erat dengan kondisi temperatur di daerah tersebut.Temperatur pada musim hujan akan lebih rendah dibandingkan dengan pada musim kemarau. Di samping itu, curah hujan yang tinggi berkorelasi dengan ketersediaan pakan yang berupa hijauan. Umumnya, hijauan melimpah pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau terbatas. Lokasi ideal untuk penggemukan sapi potong adalah lokasi yang bercurah hujan 800 – 1500 mm/tahun. Curah hujan yang sangat tinggi bisa mengakibatkan gangguan kesehatan pada sapi potong. Jika kebersihan kandang kurang terjaga, bisa timbul penyakit Pneumonia.
3.Arah Angin
Angin merupakan salah satu faktor pembawa kuman penyakit, sehingga penentuan arah angin yang dominan di suatu lokasi sangat penting sebagai petunjuk bagi pembuatan kandang. Kandang sebaiknya dibangun berderet memanjang sesuai dengan arah angin yang dominan. Hal ini dimaksudkan agar angin yang datang tidak menerpa sapi-sapi secara frontal. Selain itu, perlu diperhatikan arah sinar matahari. Sinar matahari pagi diusahakan masuk ke dalam kandang secara langsung atau tanpa halangan.
4.Kelembapan
Tingkat kelembapan tinggi (basah) cenderung berhubungan dengan tingginya peluang bagi tumbuh dan berkembangnya parasit dan jamur. Sebaiknya, kelembapan rendah (kering) menyebabkan udara berdebu, yang merupakan pembawa penyakit menular. Kelembapan ideal bagi sapi potong adalah 60 – 80 %.
5.Topografi
Topografi lokasi merupakan suatu gambaran tinggi rendah suatu lokasi yang diukur dengan standar di atas permukaan laut. Keadaan topografi mempengaruhi temperatur, curah hujan, dan kelembapan lingkungan. Dalam hal ini, lokasi berbukit bisa menjadi pilihan karena bisa menghambat arah angin. Topografi juga berpengaruh terhadap ketersediaan air di suatu lokasi dan kemudahan sarana transportasi. Jika memungkinkan, lokasi sebaiknya dilalui oleh anak sungai agar ketersediaan air untuk menjaga kebersihan kandang dan untuk memandikan sapi terjamin.
B.Kapasitas Lingkungan
1.Sapi Bakalan
Penentuan lokasi harus memperhatikan ketersediaan bakalan yang akan digemukkan, terutama jika bakalan yang akan digemukkan adalah bakalan lokal. Kapasitas pasar hewan dalam menyediakan bakalan dan letak pasar hewan dari lokasi perlu diperhatikan. Hal ini akan terkait erat dengan perencanaan secara keseluruhan, misalnya jenis sapi yang akan digemukkan dan kapasitas usaha. Di samping itu, keseragaman berat badan sapi bakalan perlu diperhatikan untuk mempermudah penanganan.
2.Ketersediaan Bahan Pakan
Secara tradisional, sapi potong hanya membutuhkan hijauan sebagai pakan. Namun, untuk sebuah usaha penggemukan yang berorientasi pada keuntungan finansial, perlu dipertimbangkan penggunaan bahan pakan berupa konsentrat, sehingga dicapai efisiensi waktu yang akan meningkatkan keuntungan.
3.Infrastruktur
Infrastruktur mencakup kemudahan akses sarana trasportasi, komunikasi, listrik untuk penerangan, luas lahan, perkandangan, pergudangan, dan perkantoran di lokasi penggemukan. Sarana transportasi meliputi prasarana jalan dan alat trasportasiyang akan digunakan, baik untuk arus sirkulasi sapi potong, tenaga kerja, maupun pakan. Perkandangan, pergudangan, dan perkantoran merupakan sarana penunjang operasional yang perlu disediakan dengan mempertimbangkan biaya pembangunan dan skala usaha. Luas lahan perlu dipertimbangkan untuk proyeksi perluasan usaha.
4.Ketersediaan Air
Air mutlak diperlukan dalam usaha penggemukan sapi potong karena berpengaruh langsung pada kehidupan hewan ternak. Selain sebagai air minum, air dipergunakan untuk memandikan sapi dan membersihkan kandang. Perlu dipertimbangkan pula sumber air yang akan digunakan, misalnya air tanah, sungai yang mengalir, atau mata air langsung. Hal ini sangat terkait dengan pembiyaan usaha.
5.Perlengkapan
Semakin besar skala usaha penggemukan sapi potong, semakin tinggi kebutuhan perlengkapan. Contoh, skala usaha dengan kapasitas 10 ekor per bulan tidak perlu memiliki truk sebagai sarana angkutan karena efisiensinya rendah, tetapi skala 100 ekor per minggu membutuhkan sarana angkutan karena jika menyewa kendaraan tidak efisien. Beberapa perlengkapan yang dibutuhkan sebaiknya disesuaikan dengan skala usaha.
6.Tenaga Kerja
Dari segi kuantitas, tenaga kerja bukanlah suatu hal yang sulit. Namu untuk mendapatkan tenaga kerja yang baik dan bertanggung jawab, diperlukan proses seleksi yang cukup ketat dan diikuti proses pelatihan yang berlanjut, sehingga tenaga kerja memiliki jalur tersendiri. Dalam proses seleksi tenaga kerja, perlu diperhatikan beberapa faktor, seperti tingkat pendidikan, pengalaman, ketrampilan, kondisi fisik, dan jenis kelamin

JENIS–JENIS SAPI

Beberapa jenis sapi yang biasa digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi di Indonesia sebagai berikut.
A.Sapi Bali
Sapi bali merupakan sapi lokal dengan penampilan produksi yang cukup tinggi. Populasinya Penyebarannya telah meluas di seluruh Indonesia, meskipun masih tetap terkonsentrasi di Pulau Bali. Asal usul sapi bali ini adalah banteng (Bos sondaicus) yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi selama bertahun-tahun. Kemampuan reproduksi sapi bali merupakan yang terbaik diantara sapi lainnya. Keunggulan lainnya adalah sapi bali mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga sering disebut ternak perintis.
B.Sapi Ongole (PO)
Merupakan keturunan sapi zebu dari India. Berwarna dominan putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir di bawah leher, dan berpunuk. Sapi ini merupakan persilangan antara sapi Jawa asli (Madura) dengan sapi ongole secara grading up (keturunan hasil persilangan dikawinkan kembali dengan sapi ongole) menghasilkan sapi yang disebut sapi peranakan ongole (PO). Penyebaran sapi PO ini hampir merata di pulau Jawa. Ciri umum sapi PO adalah posturnya menyerupai sapi ongole. Perbedaannya hanya terletak pada kemampuan produksinya yang lebih rendah.
C. Sapi Fries Holstein (FH)
Sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu. Warnanya belang hitam dan putih dengan ciri khusus segitiga pada bagian dahi. Sapi yang tidak berpunnuk ini memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi, sehingga sapi-sapi jantannya sering dipelihara untuk digemukkan dan dijadikan sapi potong. Penyebarannya hampir merata di pulau Jawa.
D. Brahman
Berasal dari India yang merupakan keturunan dari sapi zebu (Bos indicus). Keturunan sapi brahman ini disebut australian brahman cross (ABC) yang biasa dilengkapi sertifikat untuk menunjukkan persentase genetis sapi brahman. Meskipun sudah tumbuh dan berkembang di negeri-negeri empat musim, seperti Amerika Serikat dan Australi, sapi brahman persilangan ini mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan tahan gigitan caplak. Pertumbuhan sapi brahman ini sangat cepat. Hal ini yang menyebabkan sapi ini menjadi primadona sapi potong untuk negara tropis.
E.Sapi Madura
Merupakan hasil persilangan antara Bos sondaicus dan Bos indicus yang tumbuh dan berkembang di Madura. Sapi yang berpunuk ini dikenal sebagai sapi Jawa asli dengan warna kuning hingga merah bata. Terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor, dan kaki bawah. Warna hitam terdapat pada telinga dan bulu ekor. Pemeliharaan sapi Madura di pulau Madura merupakan suatu suatu hal yang unik, karena ada sapi-sapi jantan yang dipelihara khusus untuk dikarap dalam lomba karapan sapi. Pertumbuhan sapi-sapi ini tidak imbang antara bagian depan dengan bagian belakang karena latihan-latihan yang harus dijalani.

ARTI EKONOMI SAPI

Sejalan dengan perkembangan zaman, sapi memiliki beberapa arti ekonomis sebagai berikut.
A.Penghasil Susu
Beberapa sapi, seperti FH (frisien bolstein) merupakan sapi penghasil susu, yang lazim disebut sapi perah. Berbeda dengan ternak lain yang menghasilkan susu hanya untuk anak-anaknya, produksi sapi ini cukup tinggi. Rata-rata produksi susu hariannya mencapai 20 liter.
B.Tenaga Kerja
Di beberapa daerah di Indonesia yang belum terlalu bersentuhan dengan teknologi, penggunaan ternak sebagain tenaga kerja masih banyak dijumpai. Contohnya sapi digunakan untuk membajak sawah atau menarik pedati. Bahkan, di Madura, pada waktu-waktu tertentu diadakan lomba karapan sapi, yakni 2 ekor sapi menarik satu alat pembajak sawah (disebut kaleles) yang dinaiki seorang joki.
C.Penghasil Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan hasil sampingan dari usaha pemeliharaan sapi. Secara umum, sapi dewasa mampu menghasilkan kotoran sebanyak 7,5 ton per tahun, yang identik dengan 5 ton pupuk siap pakai.
D.Penentu status Sosial
Di beberapa daerah, seperti di Madura dan Nusa Tenggara, jumlah sapi yang dimiliki seseorang menentukan status sosial dalam masyarakatnya. Situasi seperti ini bisa dimengerti mengingat harga seekor sapi cukup tinggi. Di Madura, harga sapi dittentukan bukan hanya oleh berat badannya, melainkan lebih pada kemampuaan sapi tersebut menjadi juara dalam karapan sapi. Pasangan sapi pemenang lomba bisa berharga puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
E.Penghasil Bahan Baku Industri
Kulit dan tanduk sapi dari hasil pemotongan merupakan sumber bahan baku industri yang menghasilkan nilai tambah cukup tinggi. Dari kulit sapi bisa dihasilkan aneka model tas, sepatu, ikat pinggang, dan lain-lainnya.Tanduk yang hanya sampah, kini disulap menjadi aneka produk kerajinan, bahkan menjadi bahan baku pembuatan lem.
F.Ternak potong
Di atas segala nilai ekonomis seekor sapi, pada akhirnya sapi akan menjadi penghasil daging. Sapi-sapi yang dipekerjakan sebagai pembajak sawah atau ternak-ternak perah yang tidak produktif lagi biasanya akan menjadi ternak potong. Umumnya, mutu daging yang berasal dari sapi-sapi afkiran ini tidak terlalu baik. Meskipun demikian, ada beberapa jenis sapi yang memang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristik yang dimilikinya, seperti tingkat pertumbuhannya cepat dan kualitas dagingnya cukup baik. Sapi-sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, yang dipelihara secara intnsif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong.