Senin, 18 Januari 2010

JENIS PENYAKIT PADA SAPI

Walaupun usaha pencegahan penyakit dilakukan secara terus-menerus, adakalanya kita menemukan kondisi sapi yang tidak sehat. Meskipun demikian, kontak dengan para ahli seperti dokter hewan adalah langkah yang tepat dibanding melakukan pengobatan sendiri.
A.Cacingan
Penyebab sapi cacingan antara lain konsumsi hijauan yang masih berembun dan yang tercemar siput sebagai vrktor (pembawa) cacing hati. Ciri-ciri sapi yang terkena cacingan adalah rendahnya tingkat pertumbuhan. Karena sebagian zat makanan di dalam tubuhnya juga dikonsumsi oleh cacing. Pencegahan dengan mencuci hijauan atau mengain-anginkannya sebelum diberikan pada sapi.
B.Jembrana
Ciri-ciri sapi yang terkena penyakit ini adalah keluarnya lender dari hidung dalam jumlah berlebihan. Pada awalnya lender encer, tetapi lama kelamaan mengental. Penyakit ini disebabkan virus, sehingga bisa menular dan jika tidak ditangani dengan cepat bisa menyebabkan kematian. Penyakit ini umumnya menyerang sapi –sapi yang kondisi tubuhnya yang lemah. Pada sapi-sapi yang kondisinya baik, penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya. Untuk pencegahannya, bisa dilakukan vaksinasi.
C. Anthrax
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri berbentuk batang yang disebut Bacillus antbracis, tergolong berbahaya, dan menatikan, tidak hanya pada sapi, tetapi juga pada ternak lain dan manusia. Bakteri ini dapat hidup dalam waktu yang lama di dalam tanahdan masuk ke dalam tubuh sapi melalui berbagai vertor (pembawa) seperti, udara, air minum, gigitan serangga, dan pakan.
D.Baliziekte
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Bali. Penyebabnya adalah sejenis tumbuhan seperti kirinju (daun tanh), sibentar bunga (Eupotorium inufolium), rumput embun (Drymaria cordata). Sapi yang terserang penyakit ini mengalami perlukaan (erosi) di beberapa bagian tubuh, yang umumnya bersifat simetris. Artinya, jika menyerang kaki kiri, kaki kanan akan terserang pula. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, bahkan terkadangsembuh dengan sendirinya. Secara tidak langsung akan mengurangi tingkat pertumbuhan karena nafsu makannya menurun. Pengobatan bisa dilakukan dengan olesan salep atau antibiotika yang mengandung vitamin A dan B yang berfungsi mempercepat kesembuhan.
E.Bloat atau Kembung
Penyakit ini timbul karena ada gas di dalam perut yang tidak bisa di keluarkan, sehingga mengganggu proses pencernaan. Tanpa penanganan yang baik, penyakit ini bisa menyebabkan kematian. Upaya pengobatan sementara adalah dengan mencampur minyak kelapa dengan air hangat dan kemudian diminumkan pada sapi penderita.

PENCEGAHAN PENYAKIT PADA SAPI

Upaya pencegahan penyakit bisa dilakukan dengan berbagai cara.
A.Pemanfaatan Kandang Karantina
Sapi-sapi bakalan yang akan digemukkan atau yang baru dibeli di pasar hewan, perlu dimasukkan ke dalam kandang karantinayang letaknya terpisah dari kandang penggemukan. Tujuannya untuk memonitor adanya suatu kelainan yang tidak tampak hanya dengan melihat penampilan fisiknya di pasar hewan. Dalam perawatan dan pengamatan di kandang karantina, perlu pula dilakukan pemberian obat cacing kepada setiap sapi bakalan. Selain diperuntukan bagi sapi-sapi bakalan yang baru tiba dari pasar hewan, kandang karantina digunakan untuk memisahkan sapi-sapi yang menderita penyakit dari sapi-sapi yang sehat.
B.Menjaga Kebersihan Sapi Bakalan Beserta Kandangnya
Secara umum, bakteri, virus, dan penyebab penyakit lainnya menyukai tempat-tempat kotor. Untuk mencegah berkembangnya bibit-bibit penyakit, menjaga atau memelihara kebersihan perlu dilakukan secara rutin.
C.Vaksinasi Berkala
Beberapa penyakit yang disebabkan bakteri dan virus kini sudah bisa dicegah dengan memberikan vaksin sesuai dengan dosis pemakaiannya. Pemberian vaksin biasanya dilakukan pada saat sapi-sapi bakalan berada di kandang karantina.Pemberian vaksin cukup dilakukan 1 kali untuk setiap sapi bakalan karena sapi-sapi tersebut hanya dipelihara dalam waktu yang singkat.

TATALAKSANA PERKANDANGAN SAPI POTONG

A.Fungsi Kandang
Kandang memiliki fungsi penting dalam suatu usaha penggemukan sapi potong. Berikut beberapa fungsi kandang.
1.Melindungi sapi potong dari gangguancuaca, seperti panas matahari, hujan, udara dingin, dan terpaan angin.
2.Tempat sapi beristirahat dengan nyaman.
3.Mengontrol sapi agar tidak merusak tanaman di sekitar lokasi usaha penggemukan atau mengkomsumsi pakan yang beracun.
4.Tempat pengumpulan kotoran sapi, agar kotoran tidak berceceran di mana-mana.
5.Melindungi sapi dari hewan-hewan pengganggu.
6.Memudahkan pelaksanaan pemeliharaan, terutama dalam pemberian pakan, minuman, dan mempermudah pengawasan kesehatan.
B.Syarat Kandang
Kandang harus dibuat dengan memperhatikan beberapa syarat teknis berikut.
1.Dibuat dari bahan-bahan berkualitas, sehingga tahan lama dan tidak mudah rusak.
2.Luas kandang harus dibuat sesuai dengan jumlah sapi yang akan digemukkan.
3.Konstruksi lantai kandang harus dibuat dengan memperhatikan kemudahan dalam melakukan pembersihan, memandikan, dan tidak licin.
4.Sinar matahari, terutama pada pagi hari, harus bisa masuk secara langsung ke dalam kandang.
5.Sistem ventilasi udara harus memungkinkan sirkulasi udara tidak terhambat.
6.Kandang dibangun dengan memperhatikan arah angin yang dominan, dan diupayakan agar bagian muka sapi tidak mendapat kontak langsung dengan angin yang tertiup.
7.Atap kandang sedapat mungkin dibuat dari bahan-bahan yang ringan, tetapi daya tahannya kuat dan mampu menjaga kehangatan di dalam kandang.
C.Type Kandang
1.Kandang individu
Kandang ini diperuntukkan bagi 1 ekor sapi. Ukurannya disesuaikan dengan tubuh sapi. Biasanya kandang individu berukuran 2,5 x 1,5 meter. Kandang seperti ini diharapkan memacu pertumbuhan sapi potong lebih pesat, karena sapi memiliki ruang gerak yang terbatas, sehingga hampir semua energi yang diperoleh digunakan hidup pokok dan produksi, dalam hal ini pembentukan jaringan otot. Di kandang individu, biasanya sapi menjadi tenang dan tidak mudah stress.
2.Kandang Koloni
Sapi-sapi bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Di dalam kandang ini juga harus disediakan tempat pakan dan minuman yang mencukupi. Pakan berupa hijauan dan konsentrat diberikan di satu atau beberapa tempat, dan sapi-sapi bisa mengonsumsi pakan tersebut sesuai hatinya. Pemberian pakan harus cermat. Jika pemberian pakan terbatas menyebabkan terjadinya kompetisi dalam merebutkan pakan. Terjadinya kontak langsung antar sapi menyebabkan perkelahian, yang bisa mengakibatkan luka dikulit sapi. Pertumbuhan sapi di kandang ini relative lebih lambat dibandingkan dengan di kandang individu.

METODE PENGGEMUKAN SAPI POTONG

A.Penggemukan Di padang Penggembalaan
Metode penggemukan ini umumnya dilakukan di lahan yang cukup luas. Sapi-sapi bakalan dilepaskan di padang penggembalaan selama beberapa hari, kemudian dipindahkan ke padang penggembalaan lainnya. Dalam metode penggemukan ini, sapi-sapi bakalan tidak diberi makanan tambahan berupa konsentrat. Demikian dilakukan terus-menerus sapai sapi-sapi tersebut sudah layak jual. Metode penggemukan ini memiliki kebaikan dan kelemahan.
1.Kebaikan
a)Tidak membutuhkan banyak tenaga kerja.
b)Tidak membutuhkan banyak modal untuk membeli hijauan, konsentrat, serta kandang individu atau kandang khusus.
c)Sapi-sapi yang digemukkan tidak perlu diberi kandang khusus. Namun, diperlukan beberapa buah bangunan yang berfungsi sebagai tempat berteduh dari hujan atau panas matahari.
d)Biaya produksi murah, karena tidak membutuhkan dana untuk pembelian konsentrat dan pembuatan kandang khusus atau individu.
2.Kelemahan
a)Pertumbuhan sapi-sapi bakalan lambat, karena hanya diberi pakan hijauan.
b)Membutuhkan lahan luas untuk penanaman hijauan atau padang penggembalaan.
c)Hanya baik diterapkan di lokasi yang curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun untuk menjamin ketersediaan hijauan.
B.Penggemukan Sistem Dry Lot Fattening
Penggemukan sistem dry lot fattening pada awalnya dilakukan beberapa wilayah produsen jagung di Amerika Serikat. Caranya dengan membatasi komsumsi hijauan (serat kasar), karena produksi jagung yang melimpah. Saat ini, sistem dry lot fattening tidak hanya memberikan jagung, tetapi sudah merupakan campuran konsentrat berbagai bahan pakan yang berpotensi tinggi. Walaupun pemberian konsentrat tampaknya lebih diutamakan, kebutuhan alamiah sapi potong akan serat kasar tetap harus dipenuhi. Sapi-sapi yang digemukkan dengan sistem ini umumnya tidak digembalakan.
C.Penggemukan Sistem Kombinasi
Penggemukan sistem ini merupakan kombinasi antara pasture fattening dan dry lot fattening. Biasanya dilakukan di negeri tropis dan subtropis. Pada saat kesediaan hijauan terjamin, sapi-sapi digembalakan di padang penggembalaan, tetapi pada saat musim dingin, sapi-sapi digemukkan dengan sistem dry lot fattening. Saat digembalakan di padang rumput, sapi-sapi juga diberikan konsentrat dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan
D.Penggemukan Sapi dengan Pola Keremen
Penggemukan dengan sistem dry lot fattening sudah mengalami penyesuaian dengan kondisi setempat, dan disebut dengan penggemukan sistem keremen. Sapi-sapi yang akan digemukkan ditempatkan dikandang-kandang individu yang sederhana. Pemberian pakan dan minum dilakukan dua sampai tiga kali sehari di dalam kandang selama masa penggemukan. Selama masa penggemukan yang berlangsung selama beberapa bulan, sapi-sapi tidak dipekerjakan. Penggemukan sapi dengan pola keremen ini, pada umumnya banyak dilakukan di lokasi-lokasiyang memiliki ketersediaan sapi bakalan yang cukup banyak dan biasanya tersedia sepanjang tahun.

KRITERIA BAKALAN SAPI POTONG

A.Jenis Kelamin
Usaha penggemukan sapi potong biasanya membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan selama 3 – 4 bulan. Alasannya, pada umumnya sapi jantan memiliki pertambahan berat badan harian yang lebih tinggi dari pada sapi betina. Di samping itu, ada peraturan yang melarang pemotongan ternak betina, terutama yang masih produktif. Meskipun demikian, tampaknya perlu pula dijajaki usaha penggemukan sapi betina yang sudah tidak produktif.
B.Umur
Sapi, seperti hewan lainnya, memiliki fase-fase dalam pertumbuhannya, yaitu fase pertumbuhan tulang, pertumbuhan jaringan otot (daging), dan pertumbuhan lemak. Secara umum, fase pertumbuhan tulang dimulai sejak lahir sampai berumur 2 tahun. Fase pertumbuhan jaringan otot juga mulai terjadi sejak lahir, tetapi mencapai puncaknya pada umur 2 – 2,5 tahun. Setelah itu, pertumbuhan jaringan otot masih berlangsung tetapi lajunya mulai menurun. Bersamaan dengan menurunnya fase pertumbuhan jaringan otot, di mulailah fase pertumbuhan lemak. Berdasarkan gambaran di atas, sapi bakalan yang akan digemukkan dipilih dari sapi-sapi yang masih berumur 2 – 2,5 tahun. Selain pertumbuhan ternak mencapai tingkat optimum, efisiensipenggunaan pakannya pun cukup tinggi. Menentukan umur sapi, paling akurat dilakukan dengan melihat catatan produksi sapi yang bersangkutan.
C.Penampilan Fisik
Secara umum, kriteria penampilan fisik sapi bakalan sebagai berikut.
1.Badan sehat, yang diindikasikan dengan sorot mata tajam, tidak kuyu, dan tidak terdapat kerusakan atau luka di bagian tubuhnya. Selain itu, kulitnya halus dan tidak bersisik.
2.Bentuk tubuh proporsional, dalam posisi berdiri bagian punggung lurus, dan tubuhnya tidak cacat.
3.Adakalanya, di pasar hewan kita menemui sapi-sapi yang terlihat masih muda, tetapi pertumbuhannya tidak normal dan berat badannya lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata sapi-sapi seusianya. Sebetulnya, sapi-sapi seperti inilah yang justru sangat cepat pertumbuhannya. Karena dengan perlakuan pemberian pakan yang baik, sapi bakalan ini akan mengejar ketinggalan pertumbuhannya, yang secara ilmiah disebut pertumbuhan kompensasi. Sapi bakalan seperti ini kemungkinan besar akan mengalami pertambahan berat badan harian yang lebih tinggi dibandingkan dengan sapi bakalan lainnya.
D.Menaksir Berat Badan Sapi
Penimbangan adalah cara terbaik dalam menentukan berat badan sapi bakalan. Namun, ini tidak praktis dilakukan dipasar hewan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penaksiran berat badan sapi, ada baiknya dipertimbangkan dahulu untuk bekerja sama dengan pedagang hewan yang sudah berpengalaman (blantik) dengan imbalan untuk setiap ekoryang dibeli. Hal ini didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun si blantik, yang mampu menaksir berat badan sapi tanpa menimbangnya.

PEMILIHAN BAKALAN SAPI POTONG

Pemilihan bakalan sapi yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Salah satu tolok ukur penampilan produksi sapi potong adalah pertambahan berat badan harian. Penampilan produksi tersebut merupakan suatu fungsi dari faktor genetik, faktor lingkungan, dan interaksi antara kedua faktor tersebut. Dengan bakalan dari genetik bermutu, peternak tinggal mengontrol keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi tetap optimal. Meskipun sangat sulit menentukan baik buruknya mutu genetik, secara umum penampilan fisik sapi bakalan mencerminkan mutu genetiknya. Sapi bakalan bisa diperoleh dari berbagai sumber. Di antaranya pembelian langsung dari pasar hewan atau pembibitan sendiri. Upaya pembibitan sendiri merupakan hal yang cukup rumit meskipun bukan suatu hal yang tak mungkin. Pembibitan merupakan usaha yang padat modal dan membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga tanpa penanganan yang serius bisa mendatangkan kerugian yang tidak sedikit.

ASPEK LINGKUNGAN HIDUP DAN SOSIAL BUDAYA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

A.Lingkungan hidup
Usaha penggemukan sapi potong pasti akan menghasilkan limbah yang jika tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan perubahan lingkungan. Misalnya, bau kotoran yang tidak terurus bisa menimbulkan polusi bagi lingkungan sekitarnya, atau pembuangan limbah kotoran ternak ke sungai akan menurunkan kualitas air. Penanganan limbah perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya, bahkan bisa diupayakan untuk menghasilkan penghasilan tambahan, seperti mengolah kotoran menjadi kompos. Penggunaan kompos untuk memupuk hijauan atau tanaman lain akan meningkatkankualitas lingkungan. Limbah air yang digunakan untuk membersihkan kindang dan memandikan sapi sebaiknya ditampung di dalam suatu unit pengolah limbah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke saluran air. Sebuah kolam yang berisi ikan bisa menjadi unit pengolahan limbah yang ekonomis.
B.Sosial Budaya
Usaha penggemukan sapi potong akan memberikan dampak sosial budaya. Misalnya dengan merangsang para petani di sekitar untuk melakukan usaha penggemukan sapi potong secara intensif, karena usaha ini bisa menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Selain dampak positif, usaha ini juga menimbulkan dampak negatif, misalnya mendorong sikap konsumtif masyarakat akibat peningkatan penghasilan.